METODE PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan keputusan. Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
1. Kewenangan Tanpa Diskusi
Biasanya metode ini sering dilakukan oleh para pemimpin yang terkesan militer. mempunyai beberapa keuntungan jika seorang pemimpin menggunakan metode ini dalam pengambilan keputusan, yaitu cepat, maksudnya seorang pemimpin mempunyai keputusan ketika oraganisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menentukan atau memutuskan kebijakan apa yang harus diambil. Tetapi apabila metode ini sering dipakai oleh pemimpin akan memicu rasa kurang kepercayaan para anggota organisasi tersebut terhadap kebijakan yang telah diambil oleh pemimpin tanpa melibatkan para anggota yang lainnya dalam perumusan pengambilan keputusan.
2. Pendapat Ahli
Kemampuan setiap orang berbeda-beda, ada yang berkemampuan dalam hal politik, pangan, tekhnologi dan lain-lain, sangat beruntung jika dalam sebuah organisasi terdapat orang ahli yang kebetulan hal tersebut sedang dalam proses untuk diambil keputusan, pendapat seorang ahli yang berkopeten dalam bidangnya tersebut juga sangart membantu untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
3. Kewenangan Setelah Diskusi
Metode ini hampir sama dengan metode yang pertama, tapi perbedaannya terletak pada lebih bijaknya pemimpin yang menggunakan metode ini disbanding metode yang pertama, maksudnya sang pemimpin selalu mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organiasi dalam proses pengambilan keputusan. Terdapat kelemahan didalam metode ini, setiap anggota akan besaing untuk mempengaruhi pemimpin bahwa pendapatnya yang lebih perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yang ditakutkan pendapat anggota tersebut hanya mamberikan nilai positif untuk dirinya dan merugikan anggota organisasi yang lai.
4. Kesepakatan
Dalam Metode ini, sebuah keputusan akan diambil atau disetujui jika didalam proses pengambilan keputusan telah disepakati oleh semua anggota organisasi, secara transparan apa tujuan, keuntungan bagi setiap anggota sehingga semua anggota setuju dengan keputusan tersebut. Negara yang demokratis biasanya akan menggunakan metode ini. Tetapi metode seperti ini tidak dapat berguna didalam keadaan situasi dan kondisi yang mendesak atau darurat disaat sebuah organisasi dituntut cepat dalam memberikan sebuah keputusan.
Keempat metode-metode diatas ialah hasil menurut Adler dan Rodman, satu sama lainnya tidak dapat dikatakan metode satu terbaik yang digunakan dibanding metode yang lainnya, dapat dikatakan efektif jika metode yang mana yang paling cocok digunakan dalam keadaan dan situasi yang sesuai.
Proses pengambilan keputusan dalam
organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai
tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu
juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan.
Terdapat 4 metode bagaimana cara organisasi
dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode tersebut adalah : yaitu kewenangan
tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert
opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan
kesepakatan (consensus).
Berdasarkan kondisi dan situasi pengambilan
keputusan yang ada, keputusan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
§ Keputusan-keputusan yang diprogramkan
(programmed decision)
adalah keputusan yang dibuat menurut
kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini rutin dan berulang-ulang.
Misalnya keputusan pemilihan pemasok bahan baku adalah melalui aturan dan prosedur yang
tetap.
§Keputusan-keputusan yang tidak diprogramkan
(non-programmed decision)
adalah keputusan yang berkenaan dengan
masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila masalah tidak cukup diatasi
dengan kebijaksanaan maka masalah tersebut harus dselesaikan malalui keputusan
yang tidak diprogramkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkhi
organisasi, maka ia akan semakin tinggi tuntutan kemampuannya untuk
menyelesaikan masalah dengan pebuatan keputusan yang tidak diprogramkan.
Herbert A. Simon mengemukakan teknik-teknik
tradisional dan modern dalam pengambilan keputusan-keputusan yang diprogramkan
dan yang tidak diprogramkan (dalam Handoko, 1984: 132):
Tipe-tipe
Keputusan
|
Teknik
Pembuatan Keputusan
|
|
Tradisional
|
Moderen
|
|
Diprogram:
Keputusan-keputusan rutin dan berulang-ulang.
Organisasi mengembangkan proses-proses khusus bagi penanganannya.
|
1.
Kebiasaan.
2.
Kegiatan rutin: Prosedur-prosedur pengoperasian standar.
3.
Struktur organisasi Pengharapan umum Sistem tujuan Saluran-saluran informasi
yg disusun dengan baik.
|
1.
Teknik-teknik riset Operasi:
Analisis matematik
Model simulasi komputer.
2.
Pengolahan data elektronik.
|
Tidak diprogram:
Keputusan-keputusan sekali pakai, disusun
tidak sehat, kebijaksanaan. Ditangani dengan proses pemecahan masalah umum.
|
1.
Kebijakan intuisi, dan kreatifitas.
2.
Coba-coba
3.
Seleksi dan latihan para pelaksana
|
Teknik pemecahan yg Diterapkan pada:
a.
Latihan membuat keputusan.
b.
Penyusunan program program komputer.
|
Tabel : Teknil-teknik Pembuatan Keputusan
Tradisional dan Moderen
Tipe
– Tipe Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan terprogram :
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung
suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat
diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi
seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau
menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang
terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan
dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya
hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan
otomatik.
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan
masalah – masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan
jenis ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah
yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks,
hanya sedikit parameter – parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter
yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini diperlukan
seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan
sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram
dengan baik. Perluasan fasilitas fasilitas pabrik, pengembangan produk baru,
pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen kepegawaian,
dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan
keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan
oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan,
administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan
mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Faktornya antara lain:
- Masalah sederhana (simple problem) corak/jenis masalah.
Ciri cirinya berskala besar, tidak berdiri
sendiri ( memiliki kaitan erat dengan masalah lain), mengandung konsekuensi
besar, pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.
Scope: pemecahan masalah dilakukan secara
kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya.
Jenis: masalah yang terstruktur (structured
problems) & masalah yang tidak terstruktur (unstructured problems).
- Masalah rumit (complex problem) corak/jenis masalah
Definisinya masalah yang jelas faktor
penyebabnya, bersifat rutin dan biasanya timbul berulangkali sehingga
pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat
rutin, repetatif & dibakukan.
Contohnya pengkajian, kepangkatan dan pembinaan
pegawai, masalah perijinan, dsb.
Sifat pengambilan keputusan yaitu relatif
lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode / prosedur/
program tetap (SOP).
- Masalah yang Terstruktur
Definisinya penyimpangan dari masalah
organisasi yang bersifat umum, tidak ruitn, tidak jelas faktor penyebab dan
konsekuensinya, serta tidak repetitive kasusnya.
Sifat pengambilan keputusan: relative lebih
sulit dan lebih lama, diperlukan teknik PK yang bersifat non-programmed
decision-making.
- Masalah yang Tidak Terstruktur
Pendefinisian Masalah yang Baik
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari persepsi.
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas, untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan adanya ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak – pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah.
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contohnya masalah yang kita hadapi adalah melatih staf yang bekerja lamban.
SUMBER :
Proses
Pengambilan Keputusan [Diakses 28 April 2012]
Pengambilan Keputusan Diprogram dan
tidak Diprogram [Diakses 28 April 2012]
No comments:
Post a Comment